“Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua .”
Kisah Para Rasul 16 :25-26
Dalam perjalanan pelayanan misi ke Kalimantan Timur beberapa puluh tahun lalu, saya bersama tim harus melewati hutan yang gelap dan mobil yang kami tumpangi dalam keadaan lampu depan yang tinggal satu saja yang menyala dan sudah redup. Hari itu kami berangkat sore hari karena esok hari pagi-pagi kami sudah ada pelayanan yang akan kami lakukan.
Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya kami menyanyikan lagu rohani, selama 4 jam yang mengkhawatirkan itu secara spontan kami bergantian memuji Tuhan, dan luar biasa kami merasakan ketakutan dan kekhawatiran hilang berganti dengan keyakinan bahwa kami akan sampai dengan selamat.
Apa yang kami alami mengingatkan pada pengalaman Paulus dan Silas. Setelah mereka di cambuk , dipukul di depan umum berkali-kali dan dipenjara tanpa diadili. Di dalam penjara mereka diberikan penjagaan khusus. Penjagaan yang diberikan kepada mereka sama seperti penjagaan yang diberikan kepada tahanan berbahaya, yang mempunyai kekuatan memberontak.
Reaksi Paulus dan Silas menghadapi keadaan seperti itu adalah “..berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua . ( Kisah Para Rasul 16 :25-26).
Setelah melihat kedasyatan yang begitu luar biasa tersebut, penjaga penjara pun percaya kepada Allah yang di sembah Paulus dan Silas, bahkan seluruh keluarganya menjadi percaya kepada Tuhan dan dibaptis bersamanya.
Lewat puji-pujian yang bangun oleh Paulus Dan Silas di tengah malam yang dingin dan pengap itu , baik belenggu fisik maupun rohani di hancurkan pada malam itu.
Membangun mezbah pujian dengan menyanyikan pujian bagi Tuhan dalam kesesakan dapat membuat Paulus dan Silas dan tim misi kami kuat menghadapi kesesakan Mari kita belajar untuk membangun mezbah pujian dengan tetap memuji Tuhan walaupun kesesakan, ketakutan hidup datang. Puji-pujian yang dinyanyikan saat kesesakan dapat dipakai Tuhan untuk menguatkan kita menghadapi kesesakan dan kekuatiran hidup ini.
POKOK DOA SYAFAAT:
Kiranya , apapun keadaan kita, pujian dan penyembahan kepada Tuhan ada dalam mulut dan hati kita.
– Ps.Lucky Juventy –